Hukuman Dosa
Pada waktu Adam jatuh ke dalam dosa,
maka dosanya mempunyai akibat yang menimpa seluruh umat manusia, karena ia
merupakan wakil dari seluruh umat manusia.
Akibat dosa Adam:
1) Penderitaan.
a) Orang
perempuan merasa sakit waktu melahirkan (Kej 3:16).
b) Pekerjaan
menjadi sukar (Kej 3:17-19a).
Sebetulnya pekerjaan itu sendiri
bukanlah hukuman dosa, karena pekerjaan sudah ada sebelum dosa ada
(Kej 2:15). Tetapi sebelum ada dosa, pekerjaan tidak sukar, dan setelah
dosa ada, pekerjaan menjadi sukar, dan ini merupakan sebagian hukuman dosa.
c) Rasa
gelisah, takut, kuatir, tidak damai (Kej 3:7-10
Yes 48:22).
Yes 48:22 berbunyi: “‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.
Dalam kontex Kitab Suci, yang dimaksud
dengan ‘orang fasik’ bukan sekedar penjahat, pembunuh, dsb, tetapi semua orang
yang belum percaya kepada Yesus.
Tuhan sudah mendesign manusia sedemikian rupa sehingga ia
hanya bisa hidup bahagia, damai, sukacita, kalau ia hidup dalam persekutuan
dengan Allah. Kalau ia keluar dari design ini dan tidak mempunyai
persekutuan dengan Allah, maka hidupnya pasti tidak akan damai, sukacita, bahagia.
Paling-paling ia bisa mempunyai kesenangan duniawi yang bersifat semu dan
sementara, tetapi damai dan sukacita sejati tidak akan mungkin ia miliki.
Kesimpulan: Jadi, penderitaan sebagai hukuman
dosa ini mencakup baik penderitaan fisik / jasmani, maupun penderitaan batin.
Catatan: Sekalipun dosa dihukum dengan
penderitaan, tetapi penderitaan tidak selalu merupakan hukuman dari dosa.
Kadang-kadang penderitaan merupakan hukuman dari dosa, seperti misalnya dalam
kasus Gehazi (2Raja 5:25-27), tetapi kadang-kadang tidak, seperti dalam
kasus Ayub, dan juga dalam kasus orang buta dalam Yoh 9:1-3. Karena itu,
pada waktu menghadapi orang yang mengalami penderitaan, jangan sembarangan
menghakiminya dengan mengatakan bahwa ia menderita pasti karena dosa.
2) Putus hubungan dengan Allah (Kej 3:23 Yes 59:2).
Karena Allah itu suci, Ia tidak bisa
bersatu dengan manusia yang berdosa.
3) Kematian
(Kej 3:19).
Kematian ini bisa datang setiap saat,
dan tidak akan bisa dihindari.
Illustrasi: ada dongeng kuno tentang seorang
pedagang di Bagdad. Suatu hari ia suruh pelayannya pergi ke pasar. Pelayan itu
kembali dengan muka pucat ketakutan. Tuannya bertanya: ‘Ada apa?’. Pelayan itu
menjawab: ‘Tuan, aku bertemu dengan maut. Maut itu melihat aku, lalu
menggerak-gerakkan tangannya secara menakutkan. Tuan, aku takut sekali, tolong
pinjami aku kuda, supaya aku bisa lari’. Tuan itu bertanya: ‘Kamu mau lari
kemana?’. ‘Aku mau lari ke kota Samarra. Tuan itu kasihan dan lalu meminjamkan
kudanya dan pelayan itu lari ke kota Samarra. Tuan itu lalu merasa penasaran,
dan ia lalu pergi ke kota untuk mencari maut itu. Waktu bertemu dengan maut, ia
lalu bertanya: ‘Hai maut, mengapa kamu menakut-nakuti pelayanku?’. Maut
menjawab: ‘Aku tidak menakut-nakuti dia. Aku hanya heran melihat dia di pasar
di kota Bagdad ini, karena aku mempunyai perjanjian untuk bertemu dengan dia
malam ini di kota Samarra’.
Kalau
kematian datang pada saudara malam ini, siapkah saudara?
4) Semua
manusia menjadi manusia berdosa.
Ro 5:18a,19a - “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman,
... Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah
menjadi orang berdosa, ...”.
Jelas bahwa yang dimaksud dengan ‘satu
pelanggaran’ dan ‘ketidak-taatan satu orang’ adalah dosa pertama Adam. Jadi,
ayat ini mengatakan bahwa gara-gara dosa pertama Adam, maka semua manusia
menjadi orang berdosa di hadapan Tuhan. Mengapa? Karena Adam, yang adalah
manusia pertama, dianggap sebagai wakil dari seluruh umat manusia oleh Allah.
Illustrasi: Kalau Indonesia mengirimkan team
sepak bola ke luar negeri untuk suatu pertandingan, maka pada waktu team itu
kalah, orang berkata ‘Indonesia kalah’. Kita tidak ikut main sepak bola, tetapi
tetap dianggap kalah, karena wakil kita kalah.
Ada agama lain yang percaya bahwa pada
waktu lahir, manusia itu suci. Tetapi kekristenan tidak mempercayai hal seperti
itu. Kekristenan mengatakan bahwa sejak lahir, bahkan pada waktu masih dalam
kandungan, manusia sudah adalah orang berdosa. Inilah yang disebut dosa asal /
original sin. Ayat-ayat lain yang menjadi dasar dosa asal ini adalah:
·
Maz 51:7 - “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung
ibuku”
·
Ayub 25:4 - “Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang
dilahirkan perempuan itu bersih?”
·
Maz 58:4 - “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan
pendusta-pendusta telah sesat”.
5) Semua
manusia ada di bawah murka Allah.
Yoh 3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi
barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan
murka Allah tetap ada di atasnya”.
Kata ‘tetap’ di sini menunjukkan bahwa
dari semula (sejak orang itu lahir), murka Allah itu sudah ada di atasnya.
Kalau ia percaya kepada Yesus, maka murka itu dicabut, tetapi kalau ia tidak
percaya / tidak taat, maka murka Allah itu tetap ada di atasnya.
Ef 2:1-3 - “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu
mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di
antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di
antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti
kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah
orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.
Bagian yang digarisbawahi itu,
terjemahan hurufiahnya adalah seperti yang diberikan oleh NASB: “and were by nature children of wrath, even as the rest” (= dan secara alamiah adalah anak-anak kemurkaan, sama seperti yang lain).
Jadi, ini menunjukkan bahwa manusia itu
secara alamiah, maksudnya sejak lahir, adalah orang yang dimurkai oleh Allah.
Kita lahir sebagai manusia berdosa, dan
karena itu sejak kita lahir, kita sudah ada di bawah murka Allah. Kita tidak
lahir di daerah netral! Kita lahir di bawah murka Allah! Karena itu, kalau
saudara tidak mau datang dan percaya kepada Yesus untuk mendapatkan pengampunan
dosa dan perdamaian dengan Allah, maka secara otomatis saudara akan menuju ke
neraka dimana saudara akan mengalami / merasakan murka Allah secara penuh.
6) Semua
manusia condong / lebih senang pada dosa, dan tidak bisa berbuat baik.
Karena kita lahir sebagai orang yang
berdosa, maka kita mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa. Ini bisa
terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu
membuahkan kejahatan semata-mata, ...”.
Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang
ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya”.
Tit 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak
beriman suatupun
tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.
Illustrasi: Makhluk yang lahir sebagai monyet
akan secara otomatis melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh monyet.
Demikian juga makhluk yang dilahirkan sebagai orang berdosa akan secara
otomatis melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang berdosa.
Contoh:
·
kalau ada guru tidak
masuk karena sakit, murid-muridnya malah senang.
·
kalau dipukul, kita
cenderung membalas daripada mengampuni.
·
kalau mendengar Firman
Tuhan selama 1 jam sudah merasa capai, tetapi kalau nonton film 3 jam tidak
apa-apa.
·
kalau membaca Kitab
Suci merasa mengantuk, tetapi kalau membaca novel, buku silat, majalah dsb,
tahan berjam-jam.
·
anak kecil diajar
mengasihi, hidup disiplin, dsb, sukar sekali. Tetapi kalau diajar untuk
mencaci-maki orang, gampang sekali.
Dalam Tit 1:15 dikatakan: “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang
najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati
mereka najis”.
Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu
yang dilakukan orang yang tidak beriman adalah dosa. Jadi, tindakan-tindakan
yang kelihatannya baik sekalipun (seperti menolong orang miskin, dsb) tetap
dianggap dosa. Mengapa?
a) Karena
tindakan itu tidak lahir dari iman.
Ro 1:5b - ‘percaya dan taat’. Ini
salah terjemahan.
NASB: ‘the obedience of faith’ (=
ketaatan dari iman).
NIV: ‘the obedience that comes from
faith’ (= ketaatan yang datang dari iman).
Inilah ketaatan yang betul-betul adalah
ketaatan, yaitu ketaatan yang lahir dari iman kepada Yesus, atau datang dari
iman kepada Yesus.
b) Karena
tindakan itu tidak dilakukan berdasarkan kasih kepada Allah / Yesus.
Yoh 14:15 - “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.
c) Karena
tindakan itu tidak dilakukan untuk memuliakan Allah.
1Kor 10:31: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan
sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Suatu ‘ketaatan / perbuatan baik’, yang
dilakukan oleh orang yang tidak percaya kepada Yesus, dan dilakukan bukan
karena hati yang mengasihi Tuhan, dan dilakukan bukan untuk kemuliaan Allah,
pada dasarnya adalah ‘ketaatan / perbuatan baik’ yang dilakukan tanpa mempedulikan Allah. Sekarang pikirkan sendiri, bisakah
perbuatan demikian disebut baik?
Kalau saudara sudah bisa mempunyai
kerinduan untuk pergi ke gereja, mendengar Firman Tuhan, dsb, maka itu bisa
terjadi karena Roh Kudus sudah bekerja dalam diri saudara (melahirbarukan dan
mengubahkan saudara). Tanpa pekerjaan Roh Kudus, saudara tidak akan senang /
rindu pada apa yang baik.
1Kor 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah,
karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya,
sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.
7) Neraka
(Ro 6:23 Wah 21:8).
Yang ini bukan hanya merupakan akibat /
hukuman terhadap dosa Adam saja, tetapi dosa setiap orang, karena Ro 6:23a
berbunyi: “Sebab upah dosa ialah maut”. ‘Maut’ dalam Ro 6:23 ini tidak hanya menunjuk pada
kematian biasa, tetapi menunjuk pada kematian kedua / penghukuman kekal di
neraka.
Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang
keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.
Hal-hal yang perlu diketahui tentang neraka.
a) Neraka
itu merupakan suatu tempat yang nyata dan betul-betul ada.
Ada ajaran / orang yang tidak percaya
adanya neraka, seperti:
1. Ajaran
Saksi Yehovah / Arianisme, yang begitu menekankan kasih Allah sehingga
mengatakan bahwa Allah yang kasih itu tidak mungkin menghukum manusia
selama-lamanya di dalam neraka. Mereka percaya bahwa Allah akan memusnahkan
manusia berdosa tetapi tidak menghukum mereka dalam neraka.
Untuk ini perlu diingat bahwa sekalipun
Allah itu kasih, Ia juga adalah suci dan adil sehingga Ia membenci dosa dan
harus menghukum orang berdosa. Ini sesuai dengan Nahum 1:3 yang berbunyi: “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali
membebaskan dari hukuman orang yang bersalah”.
2. Pandangan
yang berkata bahwa neraka adalah penderitaan yang kita alami di dunia ini.
Dalam suatu buku Saat Teduh ada cerita sebagai
berikut:
“An evangelist once encountered a skeptic who, when asked to receive
Christ, said, ‘I’m not afraid of Hell - all the Hell we get is here on earth!
The preacher’s reply was quick and devastating, ‘I’ll give you three reasons
why this cannot be Hell! First, I am a Christian, and there are no Christians
in Hell! Secondly, there is a place just around the corner where you can slake
your thirst, but there is no water in Hell! Thirdly, I have been preaching
Christ to you, and there is no Gospel in Hell!’” (= Suatu kali seorang penginjil bertemu dengan seorang skeptik yang, pada
waktu diminta untuk menerima Kristus, berkata: ‘Aku tidak takut pada neraka -
Neraka yang kita dapatkan adalah di sini di dunia ini!’. Jawaban pengkhotbah
itu cepat dan bersifat menghancurkan: ‘Aku akan memberimu 3 alasan mengapa ini
tidak mungkin adalah neraka! Pertama, aku adalah seorang Kristen, dan tidak ada
orang Kristen dalam neraka! Kedua, ada tempat di dekat sudut itu dimana kamu
bisa memuaskan kehausanmu, tetapi tidak ada air dalam neraka! Ketiga, aku telah
memberitakan Kristus kepadamu, dan tidak ada Injil dalam neraka!’) - ‘Bread For Each Day’,
September 14.
Perlu diketahui bahwa penderitaan dalam
dunia, yang bagaimanapun hebatnya, hanyalah semacam cicipan dari hukuman /
siksaan yang luar biasa hebatnya dalam neraka.
Karena itu kalau saudara mau bunuh diri
untuk lari dari penderitaan dunia ini, maka ingatlah bahwa itu akan menyebabkan
saudara justru akan masuk ke dalam neraka selama-lamanya, dimana saudara akan mengalami
penderitaan yang jauh lebih hebat dari penderitaan saudara dalam dunia ini!
Perlu saudara ingat bahwa kalau neraka
itu tidak ada, maka:
·
Semua ayat-ayat Kitab
Suci yang berbicara tentang neraka adalah salah dan harus dibuang dari Kitab
Suci!
·
Allah juga tidak ada.
Mengapa bisa demikian? Semua orang harus mengakui bahwa dalam dunia ini ada
banyak ketidakadilan, misalnya: orang saleh justru miskin, orang jahat justru
jaya, orang kaya dan berkedudukan menindas orang miskin yang rendah, dsb. Juga
ada banyak dosa yang tidak dihukum, mungkin karena dosa itu tidak diketahui
orang lain, atau karena pintarnya orangnya mempermainkan hukum. Andaikata
neraka tidak ada, maka semua ketidakadilan dan dosa ini tidak dibereskan!
Dengan demikian Allah itu tidak adil, dan kalau Allah itu tidak adil, Ia
bukanlah Allah. Jadi kalau saudara tidak mempercayai adanya neraka, saudara
harus menjadi orang yang atheis!
Kalau saudara tidak percaya adanya
neraka, saya justru yakin bahwa saudara akan masuk ke neraka. Pada saat itu
saudara akan percaya akan adanya neraka, tetapi sudah terlambat!
b) Neraka
adalah tempat dimana orang terpisah dari Allah selama-lamanya, tanpa bisa
dipulihkan kembali.
2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan
dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya”.
Perhatikan bahwa istilah ‘kebinasaan’
dalam ayat tersebut di atas tidaklah berarti bahwa orangnya dimusnahkan. Bagian
terakhir dari ayat itu menjelaskan apa arti dari kata ‘kebinasaan’ itu, yaitu
‘dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya’. Dan ini
berlangsung selama-lamanya!
Mungkin dalam pandangan orang kafir,
terpisah dari Allah itu bukanlah suatu penderitaan. Tetapi perlu diingat bahwa
terpisahnya manusia dengan Allah adalah sumber dari segala penderitaan. Pada
waktu Adam dan Hawa masih suci, mereka hidup dekat dengan Allah, dan mereka
bahagia. Tetapi pada waktu mereka berdosa, hubungan mereka dengan Allah putus,
sehingga mulai muncul segala macam penderitaan.
Juga dalam Maz 16:11 dikatakan: “... di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada
nikmat senantiasa”.
NIV: “You will fill me with joy in
your presence, with eternal pleasures at your right hand” (= Engkau akan mengisi
aku dengan sukacita di dalam kehadiranMu, dengan kesenangan yang kekal di
tangan kananMu).
Ayat ini menunjukkan bahwa kalau
seseorang dekat dengan Tuhan, maka ada sukacita dan kebahagiaan. Secara implicit
ayat ini menunjukkan bahwa kalau seseorang terpisah dari Allah, ia tidak akan
mempunyai sukacita ataupun kebahagiaan. Ia memang bisa mendapatkan sukacita /
kebahagiaan duniawi yang bersifat semu dan sementara. Tetapi sukacita dan
kebahagiaan yang sejati, tidak akan pernah ia miliki.
Karena itu, pada waktu seseorang masuk
neraka, dan ia dijauhkan dari hadirat Allah selama-lamanya, itu jelas
menunjukkan akan adanya penderitaan yang juga bersifat kekal!
c) Neraka
adalah tempat penyiksaan / penderitaan yang:
1. Luar
biasa hebatnya.
Ini ditunjukkan oleh:
·
kata ‘siksaan’ (Mat
25:46 Yudas 7 Wah 14:11
20:10).
·
orang kaya ‘menderita
sengsara’, ‘sangat kesakitan’, dan ‘sangat menderita’ (Luk 16:23,24,25).
·
kata-kata ‘ratap dan
kertak gigi’ (Mat 8:12
13:42,50 22:13b).
Ada yang beranggapan bahwa ‘kertak gigi’
itu dilakukan karena mereka marah kepada Allah yang menyiksa mereka dengan
begitu hebat. Tetapi saya beranggapan bahwa kertak gigi itu dilakukan untuk
menahan sakit yang begitu hebat yang mereka derita. Yang manapun arti yang
benar, tetap menunjukkan bahwa orang-orang ini mengalami penderitaan yang luar
biasa.
·
simbol-simbol tentang
neraka, yaitu:
*
api
(Mat 3:12b 13:42,50 25:41
Mark 9:43-48 Luk 16:24 Yudas 7
Wah 14:11 19:20 20:10
21:8).
Ini merupakan simbol yang paling umum,
dan penggunaan simbol api jelas menunjukkan suatu siksaan yang sangat
menyakitkan. Kalau saudara terkena api sekitar 1-2 detik, itu sudah sangat
menyakitkan. Kalau 15-30 detik, itu sudah merupakan luka bakar yang sangat
parah dan menyakitkan. Bisakah saudara bayangkan bagaimana rasanya kalau
saudara dibakar secara kekal?
*
ulat-ulat bangkai
(Mark 9:43-48).
Pernah terjadi ada orang yang mengalami
kecelakaan mobil, sehingga lumpuh total karena syarafnya terjepit pada tulang
belakangnya. Di rumah sakit ia terus terbaring pada punggungnya (tidak dibolak
balik, karena takut syarafnya yang terjepit itu akan bertambah parah dan
membunuh dia), dan akhirnya punggung itu membusuk dan ada zet / ulat
bangkainya. Dalam keadaan hidup orang itu merasakan penderitaan yang begitu
hebat karena zet itu menggerogoti tubuhnya! Akhirnya dia mati dan terbebas dari
siksaan ulat bangkai duniawi itu. Tetapi kalau seseorang masuk ke neraka, hal
seperti ini akan berlangsung selama-lamanya!
*
kegelapan yang paling
gelap (Mat 8:12 Mat 22:13b).
Ini menggambarkan keadaan dalam penjara
Romawi yang ada di bawah tanah di mana sama sekali tidak ada cahaya. Ini
menyebabkan seseorang merasa stress, tidak ada harapan, depresi dsb, sehingga
bisa gila, bunuh diri, dsb. Dan ini merupakan tempat penderitaan yang luar
biasa hebatnya. Kalau tidak demikian, tentu orang Romawi tidak akan menciptakan
tempat hukuman semacam itu.
Sekarang, apakah api, ulat bangkai, dan
kegelapan ini adalah sesuatu yang bersifat hurufiah atau simbol? Ada penafsir
yang menganggap bahwa api adalah sesuatu yang hurufiah / bukan simbol.
Argumentasinya:
“Fire is evidently the only word in human language which can suggest the
anguish of perdition. It is the only word in the parable of the wheat and the
tares which our Lord did not interpret (Matt. 13:36-43). He said: ‘The
field is the world,’ ‘the enemy ... is the devil,’ ‘the harvest is the end of
the world,’ ‘the reapers are the angels.’ But we look in vain for such a
statement as, ‘the fire is ...’ The only reasonable explanation is that fire is
not a symbol. It perfectly describes the reality of the eternal burnings” [= Api jelas merupakan satu-satunya kata dalam bahasa manusia yang bisa
menunjukkan penderitaan dari penghukuman akhir / neraka. Itu adalah
satu-satunya kata dalam perumpamaan gandum dan lalang yang tidak ditafsirkan
oleh Tuhan kita (Mat 13:36-43). Ia berkata: ‘ladang ialah dunia’, ‘musuh
... ialah Iblis’, ‘waktu menuai ialah akhir zaman’, para penuai ialah
malaikat’. Tetapi kita mencari dengan sia-sia pernyataan seperti ini, ‘api
ialah ...’. Satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah bahwa api bukanlah
simbol. Itu secara sempurna menggambarkan kenyataan dari pembakaran kekal] - S. Maxwell Coder, ‘Jude: The
Acts of The Apostates’, hal 82.
Tetapi banyak penafsir yang beranggapan
bahwa semua ini (api, ulat bangkai, kegelapan) adalah simbol! Ini terlihat
dari:
à
‘api’ dan ‘kegelapan’
tidak mungkin bisa bersatu.
à
pada waktu Kitab Suci
menggambarkan surga digunakan simbol (Wah 21:11-21), karena bahan-bahan di
surga itu jelas tidak ada di dunia (bdk. 1Kor 2:9). Kalau sorga
digambarkan dengan simbol, saya juga percaya bahwa neraka juga digambarkan
dengan simbol.
Tetapi satu hal yang sangat penting
untuk diperhatikan ialah: jangan sekali-sekali hal ini membuat saudara
menganggap bahwa kalau demikian neraka tidaklah terlalu menakutkan. Pemikiran
‘Toh semua itu hanya simbol, jadi tidak perlu terlalu
kita takuti’ adalah pemikiran yang sangat bodoh dan keliru. Perlu saudara ingat
bahwa pada waktu Kitab Suci menggambarkan surga dengan simbol, Kitab Suci
menggambarkannya dengan simbol yang indah. Kalau simbolnya indah / mulia, maka
aslinya tentu lebih indah / lebih mulia lagi. Sebaliknya pada waktu Kitab Suci
menggambarkan tentang neraka, maka Kitab Suci menggunakan simbol-simbol yang
mengerikan. Kalau simbolnya mengerikan, maka aslinya tentu lebih mengerikan
lagi!
2. Bersifat
kekal / selama-lamanya, tanpa ada akhir, pengurangan (ingat bahwa hukuman di
neraka bukanlah hukuman yang bersifat memperbaiki, tetapi betul-betul hukuman,
dan karenanya tidak ada pengurangan) ataupun istirahat dari hukuman tersebut.
·
Bahwa hukuman di
neraka bersifat kekal / tidak ada akhirnya digambarkan oleh:
*
kata-kata ‘api yang tidak
terpadamkan’ (Mat 3:12b Mark 9:43b,48).
*
kata-kata ‘api yang kekal’ (Mat 25:41
Yudas 7).
*
kata-kata ‘siksaan yang kekal’ (Mat 25:46).
*
kata-kata ‘siang malam
tidak henti-hentinya’ (Wah
14:11).
*
kata-kata ‘siang malam
sampai selama-lamanya’ (Wah 20:10).
*
kata-kata ‘ulat-ulatnya tidak akan mati’ (Mark
9:44,46,48).
*
tidak bisanya orang
kaya menyeberang ke surga karena adanya jurang yang tidak terseberangi (Luk
16:26).
William G. T. Shedd: “Had Christ intended to teach that future punishment is remedial and
temporary, he would have compared it to a dying worm, and not to an undying
worm; to a fire that is quenched, and not to an unquenchable fire” (= Andaikata Kristus bermaksud untuk mengajar bahwa hukuman yang akan
datang itu bersifat memperbaiki dan sementara, Ia akan membandingkannya dengan
ulat yang bisa mati, dan bukannya dengan ulat yang tidak bisa mati; dengan api
yang bisa padam, dan bukannya dengan api yang tidak dapat dipadamkan) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’,
vol II, hal 681.
·
Bahwa di neraka tidak
ada pengurangan ataupun istirahat dari hukuman / penderitaan terlihat dari:
*
tidak bisanya Lazarus memberi
air kepada orang kaya (Luk 16:24-26). Andaikata Lazarus bisa memberikan air
itu, itu menunjukkan adanya istirahat dari penderitaan atau pengurangan
penderitaan. Tetapi ternyata hal itu tidak bisa dilakukan.
*
Wah 14:11 - ‘siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa’. Kata ‘tidak henti-hentinya’ ini
oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘no rest’ (= tidak ada istirahat).
Illustrasi: Seorang wanita yang mau melahirkan
anak, juga mengalami kesakitan yang hebat, tetapi rasa sakit itu tidak datang
terus menerus. Ada ‘istirahat’ dari rasa sakit itu, dan ini tentu menyebabkan
penderitaan itu jauh berkurang dibandingkan kalau sama sekali tidak ada
istirahat.
Jonathan Edwards, dalam khotbahnya yang
berjudul ‘Sinners in the Hands of an Angry God’ (= Orang berdosa dalam
tangan Allah yang murka), berkata:
¨ “It is everlasting wrath. It would be dreadful to suffer this fierceness
and wrath of Almighty God one moment; but you must suffer it to all eternity” (= Ini adalah murka yang kekal. Adalah sesuatu yang menakutkan /
mengerikan untuk menderita kehebatan dan
murka Allah yang mahakuasa ini untuk satu saat saja; tetapi kamu harus
menderitanya sampai kekal).
¨ “... you will absolutely despair of ever having any deliverance, any end,
any mitigation, any rest at all” (= ... kamu akan
benar-benar putus asa untuk bisa mendapatkan pembebasan, akhir, pengurangan /
peringanan hukuman, istirahat).
¨ “You will know certainly that you must wear out long ages, millions of
millions of ages, in wrestling and conflicting with this almighty merciless
vengeance; and then when you have so done, when so many ages have actually been
spent by you in this manner, you will know that all is but a point to what remains.
So that your punishment will indeed be infinite” (= Kamu pasti akan tahu bahwa kamu akan menjalani zaman-zaman yang
panjang, berjuta-juta zaman, dalam pergumulan dan pertentangan dengan
pembalasan hebat tanpa belas kasihan ini; dan bila kamu telah menjalaninya,
bila begitu banyak zaman telah kamu lalui dengan cara ini, maka kamu akan tahu
bahwa semua itu hanyalah satu titik dibandingkan dengan waktu yang tersisa.
Dengan demikian hukumanmu itu betul-betul tidak terbatas).
2 hal di atas ini, yaitu bahwa
penderitaan di neraka itu luar biasa hebatnya dan bersifat kekal /
selama-lamanya, membuat neraka itu begitu mengerikan. Andaikata penderitaannya
hebat tetapi bersifat sementara, atau penderitaannya kekal tetapi tidak terlalu
hebat, maka mungkin neraka tidaklah terlalu mengerikan. Tetapi kombinasi /
gabungan dari 2 hal itu betul-betul menyebabkan neraka itu sangat mengerikan.
Satu hal lagi yang saudara perlu ingat
adalah: kalau kita sedang senang / mengalami sesuatu yang enak, maka waktu
terasa berlalu dengan cepat. Sebaliknya, kalau kita sedang menderita / sakit,
maka waktu terasa begitu lama. Jadi sebetulnya, kalaupun hukuman di neraka itu
berlangsung ‘hanya’ 100 tahun saja, maka karena penderitaan yang luar biasa
hebatnya itu, waktu yang 100 tahun itu akan terasa seperti selama-lamanya /
kekal. Apalagi kalau hukuman di neraka itu memang bersifat kekal; jadi berapa
lama rasanya?
Karena itu tidah heran kalau Yesus
berkata tentang Yudas (yang pasti akan masuk neraka) sebagai berikut: “... celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih
baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan” (Mat 26:24).
Sekarang, selagi saudara masih hidup,
masih ada waktu untuk bertobat. Tetapi kalau saudara sudah mati dan masuk ke
neraka, tidak ada kesempatan untuk bertobat. Ajaran yang mengatakan bahwa
seseorang yang mati tanpa percaya Yesus akan diberi kesempatan kedua (second
chance) karena mereka akan diinjili oleh Yesus sendiri, adalah ajaran sesat
yang bertentangan dengan:
· Luk 16:19-31 yang
menunjukkan bahwa orang kaya yang telah masuk ke neraka itu menyesal, tetapi
tidak ada gunanya.
· Maz 88:12
berbunyi: “Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam
kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan?”.
Kalau saudara membaca Maz 88:11-13,
saudara bisa melihat bahwa rentetan pertanyaan dalam ayat-ayat tersebut
semuanya harus dijawab dengan ‘tidak’.
· Penekanan Kitab Suci
bahwa orang harus bertobat dan percaya Yesus secepatnya (2Kor 6:2).
· Penekanan pemberitaan Injil kepada orang yang belum
percaya (Mat 28:19).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar